Dalam struktur kehidupan yang cendrung ‘male-centred’, sosok lelaki
sudah lama dipersepsi sebagai makhluk yang fisiknya kuat, berwibawa, dan
otoritatif. Tentu selalu ada pengecualian, namun sampai hari ini,
sosok lelaki cendrung masih dipersepsi seperti ini - seorang makhluk
Tuhan yang ‘tahan banting’ dan tidak boleh cengeng. Saya tidak
berbicara tentang salah dan benar. Saya hanya sedang membahas fenomena
ini secara umum.
Karena alasan inilah sebagian orang berpendapat bahwa lelaki seharusnya
tak pantas menangis. Dia tak boleh menitikkan airmata, karena itu
dianggap akan menurunkan citra kekuatannya. Bahkan predikat ‘cengeng’,
atau ‘perempuan’, mungkin akan mudah dilekatkan kepada seorang pria,
yang karena alasan tertentu, kemudian harus menangis.
Well, menurut saya, menangis adalah juga bagian dari gerak hidup kita
sebagai manusia (normal) yang boleh dan mesti kita lakoni pada saat dan
cara yang tepat. Ini berlaku untuk semua kita, tak peduli lelaki atau
perempuan. To be honest, karena alasan tertentu, saya pernah menangis.
:-)
Kunon menangis (yang dilakukan dengan cara dan pada saat yang tepat)
justru bermanfaat untuk kita manusia. Dia bisa melepaskan beban jiwa
kita, mengurangi stress, meningkatkan mood, bahkan ada yang bilang
kalau menangis itu bisa menyehatkan mata. (Mungkin untuk poin terakhir,
kompasianer yang dokter bisa memberi penjelasan).
Dari perspektif psikologi, kabarnya pria yang mudah menangis adalah
pria yang berhati lembut, dia adalah lelaki berhati jujur dan bersih.
(jangan protes dulu ya .^_^). Nah dalam konteks ini, tak heran pria
kekar gagah berani, jago berperang, seperti Umar bin Khattabpun mudah
meneteskan airmata, terutama ketika dia ingat akan dosa-dosanya dan
mendengar kalimat Allah disebut. Ini tentu hanya satu dari beberapa
alasan mengapa lelaki boleh menangis.
Jadi, kepada anda lelaki, jika waktu dan alasannya tepat, gak usah malu untuk mengeluarkan airmata. :-))
Salaam, Central java-24-08-12 pkl.3:09 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar